Kamis, 07 Agustus 2014
Selasa, 08 Juli 2014
SEAWEED UNDIP proudly presents PADINA 2014
PELATIHAN BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN PRODUK RUMPUT LAUT
KARIMUNJAWA 5-9 SEPT 2014
for more indormatian please visit website oficial here
Rabu, 02 Juli 2014
PKM-P (POTENSI FITOPLANKTON (Chlorella sp. dan Chaetoceros calcitrans) SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA KUE GETHUK)
PROGRAM
KREATIFITAS MAHASISWA
JUDUL
PROGRAM
“POTENSI
FITOPLANKTON (Chlorella sp. dan Chaetoceros calcitrans)
SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA KUE GETHUK”
BIDANG
KEGIATAN
Diusulkan Oleh :
Muhammad Faishal 26020111130047
Ardita Elok M. P ` 26020111130037
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2014
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul
Kegiatan :
Olahan Gonad Bulu Babi (Kukure) Jenis Diadema Sitosum Sebagai
Sumber Pemenuhan Kebutuhan Protein Masyarakat Pesisir Desa Ulu Krui Kecamatan
Way Krui Kabupaten Pesisir Barat Lampung
2. Bidang
Kegiatan : Penelitian
3. Bidang
Ilmu : Kelautan
4. Ketua
Pelaksana Kegiatan
a.
Nama
Lengkap : Muhammad Faishal
b.
NIM
: 26020111130047
c.
Jurusan : Kelautan
d.
Universitas : Diponegoro
e.
Alamat Rumah/No. HP :
f. Alamat
e-mail :
5. Anggota
Pelaksana : 2
orang
6. Dosen
Pendamping
a.
Nama dan
Gelar :
b.
NIP :
c.
Alamat Rumah/No. HP :
7. Biaya Kegiatan
Total
DIKTI : Rp.6.000.000,-
Sumber
Lain : -
8. Jangka
Waktu Pelaksanaan : 3 (Tiga) Bulan
A. JUDUL PROGRAM
Potensi Fitoplankton (Chlorella
sp. dan Chaetoceros calcitrans) sebagai Pewarna Alami pada Kue
gethuk
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Dewasa ini banyak
produk pangan yang menggunakan zat warna untuk meningkatkan daya tarik produk
bagi konsumen. Zat warna (pigmen) yang digunakan dalam produk pangan ada yang
bersifat alami dan buatan (sintetis). Zat warna yang umum digunakan dalam
produksi produk pangan adalah pigmen sintetis seperti allura red dan rodhamin B
karena harganya murah, mudah didapat serta memiliki stabilitas yang tinggi.
Akan tetapi ditinjau dari segi keamanan pangan, penggunaan pigmen sintetis
dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan karena mengandung residu logam berat
dan bersifat karsinogenik. Untuk itu perlu adanya zat warna alternatif yang
aman dan dapat diaplikasikan pada produk pangan.
Penggunaan bahan alami
untuk produk massal akan meningkatkan biaya produksi menjadi lebih mahal dan
lebih sulit karena sifat pewarna alami tidak homogen sehingga sulit
menghasilkan warna yang stabil. Kemajuan teknologi pangan memungkinkan zat
pewarna dibuat secara sintetis. Dalam jumlah yang sedikit, suatu zat kimia bisa
memberi warna yang stabil pada produk pangan. Dengan demikian produsen bisa
menggunakan lebih banyak pilihan warna untuk menarik perhatian konsumen (Syah
et al. 2005).
Tabel 1. Perbedaan antara zat pewarna sintetis dan alami
|
Pembeda
|
Zat pewarna Sintetis
|
Zat pewarna alami
|
|
|
|
|
|
Warna yang
|
Lebih cerah
|
Lebih pudar
|
|
dihasilkan
|
Lebih homogeny
|
Tidak homogeny
|
|
|
|
|
|
Variasi warna
|
Banyak
|
Sedikit
|
|
|
|
|
|
Harga
|
Lebih murah
|
Lebih mahal
|
|
|
|
|
|
Ketersediaan
|
Tidak terbatas
|
Terbatas
|
|
|
|
|
|
Kestabilan
|
Stabil
|
Kurang stabil
|
|
|
|
|
Sumber: Lee (2005)
Sejak ditemukannya pewarna
sintetik, penggunaan pigmen
semakin menurun, meskipun tidak hilang sama sekali. Penggunaan pewarna
sintesis dapat berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan kanker kulit,
kanker mulut, kerusakan otak dan lain-lain. serta menimbulkan dampak bagi
lingkungan seperti pencemaran air dan
tanah yang juga
berdampak secara tidak
langsung bagi kesehatan manusia
karena di dalamnya
terkandung unsur logam
berat seperti Timbal (Pb),
Tembaga (Cu), Seng (Zn) yang berbahaya (Pristiyanto Djuni, 2002).
Indonesia, 2/3 wilayahnya adalah lautan dan
mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km. Tumbuhan
mikroskopis bersel tunggal dan berkoloni itu (fitoplankton), terdiri atas
30.000 spesies. Habitatnya di atas permukaan air, di kolam perairan, atau
menempel di dasar dan permukaan lain dalam perairan. Salah satu sumber pewarna
alami dari laut yang potensial adalah fitoplankton dengan kadar kardohidrat 16
%. Indonesia memiliki sekitar 5.000 jenis alga. Beberapa di antaranya mungkin
dapat menghasilkan banyak manfaat yang lain. Ini membawa angin segar buat
masyarakat nelayan yang setiap hari bersinggungan dengan tempat hidup tumbuhan
primadona ini. (Mujizat Kawaroe,
2008)
Organisme perairan berukuran renik yang melayang
mengikuti pergerakan air dapat dikelompokkan sebagai plankton. Konsentrasi
plankton pada permukaan air laut bervariasi dari 500 sel/mL sampai 104 sel/mL. Plankton memegang
peranan penting dan kadang-kadang mendominasi
siklus materi di lautan (Fenchel, 1988).
Fitoplankton adalah komponen autotrof; yaitu
organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan
organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia.
Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen. Nama fitoplankton diambil dari
istilah Yunani, phyton atau "tanaman" dan
("planktos"), berarti "pengembara" atau
"penghanyut" (Thurman, H. V., 1997). Sebagian besar
fitoplankton berukuran terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang,
akan tetapi, ketika berada dalam jumlah yang besar, mereka dapat tampak sebagai
warna hijau di air karena mereka mengandung klorofil dalam sel-selnya (walaupun
warna sebenarnya dapat bervariasi untuk setiap spesies fitoplankton karena
kandungan klorofil yang berbeda-beda atau memiliki tambahan pigmen seperti phycobiliprotein).
Fitoplankton biasanya berkumpul di zona eufotik yaitu zona dengan
intesitas cahaya masih memungkinkan terjadinya proses fotosintesis (Arinardi
dkk., 1997).
Biomassa fitoplankton
merupakan sumber gizi alami yang kaya berbagai zat gizi seperti protein dapat
mencapai 72%, lipid 8%, karbohidrat 16%, vitamin B1, B2, B6, B12, C, niasin, β karotin dan kandungan asam amino yang cukup
seimbang. Fitoplankton juga mengandung salah satu asam lemak esensial yaitu
asam γ-linoleat (GLA), yang merupakan asam lemak majemuk.
(Parson et al. 1984)
Biomassa fitoplankton
telah digunakan sebagai obat alternatif di dunia timur sejak zaman dahulu dan
diketahui sebagai makanan tradisional yang dianggap sebagai sumber gizi yang
potensial. Biomassa fitoplankton banyak diproduksi dan dipasarkan sebagai
suplemen makanan di Jepang, Cina, Amerika, dan Eropa. Uji toksikologi
mengungkapkan bahwa tidak adanya efek toksik pakan yang ditambahkan biomassa
fitoplankton (LuÃsa Gouveia et al, 2007).
Penggunaan biomassa
fitoplankton pada bahan makanan selain meningkatkan nilai gizi juga dapat
memberikan efek warna alami yang menarik karena biomassa yang digunakan sebagai
sumber warna terdapat berbagai jenis
dengan warna-warna yang berbeda misalnya jenis Chlorella
merupakan sumber warna hijau, jenis Spirolina memberikan warna biru,
jenis Chaetoceros memberikan warna coklat (Arifin dkk., 2009). Tubuh
fitoplankton terdapat zat warna (pigmen), yaitu fikosianin berwarna biru,
klorofil berwarna hijau, fikosantin berwarna coklat, fikoeritrin berwarna
merah, karoten berwarna keemasan, dan xantofil berwarna kuning.
Kue gethuk adalah jenis
kue tradisional yang terbuat dari Ketela (Metroxylon) dan dikenal secara
luas oleh masyarakat di Indonesia Timur. Kue gethuk merupakan produk unggulan
diversifikasi ketela dalam upaya meningkatkan pemanfaatan ketela yang dari
waktu ke waktu semakin menurun. Ketela yang selama ini dikonsumsi sebagai
sumber karbohidrat oleh masyarakat penghasil ketela, mulai ditinggalkan karena
kebanyakan mereka telah beralih ke beras. Padahal ketela sebagai sumber makanan
cadangan nasional mampu untuk memenuhi kebutuhan selama 30-40 tahun ke depan.
Ditinjau dari aspek
gizi dan penampakannnya, Kue gethuk yang selama ini diproduksi lebih dominan
merupakan makanan penghasil karbohidrat dengan penampakan yang cenderung putih
pudar agak kecoklatan karena tanpa pewarna. Dalam upaya meningkatkan nilai gizi
dan daya tarik penampakan Kue gethuk, diperlukan penambahan bahan baku yang
kaya sumber gizi dan mempunyai warna alami yang menarik.
C. PERUMUSAN MASALAH
Selama ini penggunaan
pewarna makanan alami mulai ditinggalkan karena sifat warnanya yang kurang
stabil, jumlah produksi terbatas, serta harga yang cukup mahal membuat
masyarakat beralih pada pewarna sintetik. Kendati demikian penggunaan pewarna
sintetik secara terus-menerus dapat menyebabkan berbagai penyakit salah satunya
yakni kanker. Oleh karena itu diperlukan adanya pewarna alami yang dapat
diproduksi dalam jumlah yang banyak serta harga yang ekonomis. Fitoplankton
memiliki potensi pengembangan yang lebih besar dibandingkan dengan tumbuhan
tingkat tinggi lainnya dengan waktu yang cepat dan praktis, selain itu
fitoplankton juga dapat digunakan sebagai sumber warna.
D. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat
konsumen terhadap produk Kue gethuk yang telah ditambahkan biomassa
fitoplankton sebagai sumber pewarna alami
2. Untuk mengetahui stabilitas warna Kue gethuk yang
dihasilkan terhadap perlakuan waktu simpan
3. Untuk mengetahui jumlah biomassa fitoplankton yang
ditambahkan agar Kue gethuk yang dihasilkan disukai masyarakat dan mempunyai
waktu simpan yang lama
E.
LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran
yang diharapkan dari kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa
Fakultas
Perikanan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro ini adalah
sebagai
berikut :
1.
Artikel dari hasil
penelitian ini dapat dimuat dalam Jurnal Ilmiah
2. Dapat diperoleh pewarna alami paten dari jenis
fithoplankton Chlorella sp. dan Chaetoceros calcitrans
3. Meminimalisasi penggunaan pewarna makanan sintetik
yang dapat merusak kesehatan.
F.
KEGUNAAN PROGRAM
Kegunaan
program ini adalah :
1.
Dapat meningkatkan
nilai tambah ketela
2.
Terpenuhinya
kebutuhan pasar terhadap permintaan pewarna alami dengan harga yang ekonomis
dan produksi yang kontinyu.
3.
Konsumen
dapat mengkonsumsi makanan dengan pewarna yang aman
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Zat Pewarna pada Makanan
Zat pewarna pada makanan secara umum digolongkan
menjadi dua kategori yaitu zat pewarna alami dan zat pewarna sintetis.(Syah et
al. 2005). Zat pewarna alami merupakan zat pewarna yang berasal dari
tanaman atau buah-
buahan.
Zat pewarna makanan untuk makanan terbagi dalam dua kelompok, yaitu certified
color dan uncertified color. Uncertified color merupakan zat
pewarna alami berupa ekstrak pigmen dari tumbuh-tumbuhan atau hewan dan
zat pewarna mineral. Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna
yang lebih pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna
sintetis. Oleh karena itu zat ini tidak dapat digunakan sesering zat pewarna
sintetis (Lee, 2005 dalam Wina Listiana, 2010).
2.
Pigmen
pada Fitoplankton
Fitoplankton adalah mikroorganisme yang ditemui
hidup di perairan, baik di sungai, danau, waduk, maupun di perairan payau dan
laut. Dan melayang-layang di permukaan perairan serta di badan air dan
geraknnya mengikuti pergerakan arah arus. Perairan yang tingkat kesuburannya
rendah mempunyai kelimpahan plankton kurang dari 104
sel/L, perairan yang tingkat kesuburannya sedang mempunyai kelimpahan plankton
lebih dari 104 sel/L serta perairan yang mempunyai kesuburan yang
sangat tinggi mempunyai kelimpahan plankton 107
sel/L, sedangkan perairan yang mempunyai kelimpahan plankton lebih dari 107
ind/l dikatakan Blooming (Odum, 1998).
Dilihat dari komposisi nutrisinya, mikroalga
mengandung banyak protein dan sedikit asam nukleat (Tabel 2).
Tabel
2. Komposisi Nutrisi Mikroalga
|
Komposisi Kimia
|
Jumlah (%)
|
||
|
|
|
|
|
|
Protein
|
30
|
–
|
35
|
|
|
|
|
|
|
Karbohidrat
|
10
|
–
|
30
|
|
|
|
|
|
|
Lemak
|
10
|
– 25
|
|
|
|
|
|
|
|
Mineral
|
10
|
– 40
|
|
|
|
|
|
|
|
Asam nukleat
|
4 – 6
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber : Pranayogi, D. (2003)
Disamping cahaya, fitoplankton juga sangat
tergantung dengan ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhannya. Nutrisi-nutrisi
ini terutama makronutrisi seperti nitrat, fosfat atau asam silikat, yang
ketersediaannya diatur
oleh kesetimbangan antara mekanisme yang disebut
pompa biologis dan upwelling pada air bernutrisi tinggi dan dalam.
(Richtel, M., 2007).
Rangkaian reaksi
fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena
memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan
karbon dioksida). Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP (adenosin
trifosfat) dan reduksi NADPH (nikotinamid adenin dinukleotid hidrogen fosfat).
Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses fotosintesis reaksi terang dan reaksi
gelap disajikan pada Gambar 1 berikut:
|
2 NADPH
|
|
|
|
|
|
|
|
2 H2O
|
|
|
|
|
CO2
|
|
|
|
Reaksi
|
|
Reaksi
|
|
||
|
|
|
|
|
|
||
|
Enzim
|
|
Terang
|
|
Gelap
|
Enzim
|
|
|
|
|
|
|
|||

O2 3 ATP C6H12O6
Gambar 1. Produksi
utama reaksi terang dan reaksi gelap pada fotosintesis (Hall dan Roa, 1999)
Fitoplankton menangkap
cahaya menggunakan pigmen yang disebut khlorofil; suatu pigmen pemberi warna
hijau pada tumbuhan. Khlorofil terdapat dalam organel yang disebut khloroplas.
Fitoplankton memiliki berbagai jenis pigmen dalam khloroplasnya, sehingga
panjang gelombang cahaya yang diserap oleh fitoplankton lebih bervariasi.
Berdasarkan
pigmen fotosintetik, fitoplankton dibagi dalam: Rhodophyta
(plankton
merah), Chrysophyceae (plankton keemasan), Phaeophyceae (plankton
coklat) dan Chlorophyta (plankton hijau). Terdapat tiga kelas pigmen
utama pada fitoplankton: khlorofil, karotenoid dan fikobilins (Masojidek,
1999). Pada diatom hanya memiliki khlorofil-a dan khlorofil-c, serta beberapa
karotenoid seperti fukosantin sehingga kelompok diatom berwarna kecoklatan.
Fitoplankton jenis T. chuii mempunyai pigmen khlorofil dan
karotenoid dari karoten dan santofil. Pigmen fikobilin terdapat pada
fitoplankton kelas Cyanobacteria.
Semua khlorofil
mempunyai dua pita serapan utama yakni pita serapan hijau biru atau biru berada
pada panjang gelombang 450-475 nm dan pita serapan merah berada pada panjang
gelombang 630 - 675 nm. Karotenoid adalah suatu khromosfor dengan penyerapan
cahaya antara 400 dan 550 nm. Struktural dasar karotenoid adalah dua cincin
hidrokarbon yang dihubungkan oleh suatu rantai 18-karbon dengan rantai ikatan
rangkap dua. Karotenoid dapat sebagai hidrokarbon (karoten seperti: α-karoten
dan β-karoten)
atau sebagai hidrokarbon teroksigenasi (santofil seperti: lutein, violasantin,
zeasantin, fukosantin dan peridinin). Karotenoid mempunyai beberapa peran di
dalam piranti fotosintetik, diantarnya sebagai (i) pigmen pelengkap penyerap
cahaya yang memindahkan elektron ke khlorofil-a dan (ii) diperlukan dalam
perlindungan terhadap kelebihan penyinaran dan adanya spesies oksigen reaktif (reactive
oxygen spesies, ROS).
3.
Makanan tradisional
Makanan tradisional adalah makanan dan minuman,
termasuk makanan jajanan serta bahan campuran yang digunakan secara tradisional
dan telah lama berkembang secara spesifik di daerah atau masyarakat Indonesia.
Biasanya makanan tradisional diolah dari resep yang sudah dikenal masyarakat
setempat dengan bahan-bahan yang diperoleh dari sumber lokal yang memiliki
citarasa yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat. Disadari atau
tidak banyak makanan tradisional yang berkhasiat bagi kesehatan. Dilihat dari
sifatnya yaitu mempunyai karakteristik sensori, bergizi, dan mempunyai sifat
fisiologis berkhasiat bagi kesehatan, maka seharusnya banyak makanan
tradisional yang dapat dikategorikan sebagai makanan fungsional.
H. METODE
PELAKSANAAN
Penelitian ini akan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

POTENSI
BIOMASSA FITOPLANKTON
SEBAGAI SUMBER PEWARNA ALAMI
|
Pengadaan Fitoplankton
|
|
Pembuatan Kue gethuk tanpa dan
|
|
|
|
Chlorella sp dan Chaetoceros
|
|
|
||
|
|
dengan Biomassa Fitoplankton
|
|
||
|
cal.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengeringan
|
Biomassa Fitoplankton
|
Variasi Perlakuan
|
|
|
|
|
|
|
||
Bekuh
|
|
|
gethuk tanpa
|
|
|
|
|
|
|
Gethuk +
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
gethuk + Chaetoceros
|
|
|
|
|
||||||||||||||
|
|
|
pewarna
|
|
|
|
|
Chlorella sp.(5,
|
|
|
|
cal (5, 10, 15 mg)
|
|
|
|
|
||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10, 15 mg)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
(X20
|
|
(X2A1)
|
|
|
(X2A2)
|
|
|
(X2A3)
|
|
|
(X2B1)
|
|
(X2B2)
|
|
(X2B3)
|
|
|||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Uji Stabilitas Warna
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
terhadap Waktu Simpan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
(1, 2, 3, 4 minggu)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
gethuk tanpa
|
|
gethuk +
|
|
gethuk +
|
|
|||
|
|
Chlorella
|
|
Chaetoceros cal
|
|
||||
|
pewarna
|
|
|
|
|||||
|
|
sp.(Warna Stabil)
|
|
(Warna Stabil)
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Uji Tingkat Kesukaan
Konsumen terhadap
Warna, Bau, Rasa,
gethuk yang Disukai
Gambar
2. Bagan Alir Seluruh Rangkaian Penelitian
1. Waktu dan Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan selama 5 (lima) bulan
sejak pencairan dana. Kegiatan ini dilaksanakan di Laboratorium Pengembangan FPIK
Universitas Diponegoro Semarang.
2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan Program
Kreativitas Mahasiswa Penelitian yakni Kompor Hok, Oven, dan baskom.
dan bahan yang digunakan dalam kegiatan Program
Kreativitas Mahasiswa Penelitian yakni biomassa fithoplankton, tepung ketela
kering, bumbu tambahan lainnya.
3. Prosedur Penelitian
Variabel dalam penelitian dibedakan dalam variabel
terikat dan variabel bebas. Sebagai variabel terikat (Y) dalam penelitian ini
adalah tingkat kesukaan masyarakat konsumen terhadap Kue gethuk dengan pewarna
alami; sedang sebagai variabel bebas (X) adalah:
1.
Stabilitas warna Kue
gethuk terhadap perlakuan waktu simpan (X1).
2. Jumlah biomassa fitoplankton yang ditambahkan pada Kue
gethuk (X2). Hubungan antar variabel digambarkan sebagai berikut:
X1

X2
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model eksperimen dengan tahapan sebagai berikut:
Tahap I : Pengadaan Fitoplankton
Tahap II : Pembuatan Kue gethuk
tanpa dan dengan penambahan pewarna alami,
Tahap III : a). Uji
stabilitas warna Kue gethuk terhadap waktu simpan pada suhu kamar
b).
Uji tingkat kesukaan konsumen
Tahap I: Pengadaan Fitoplankton
Pengadaan fitoplankton
diperoleh dari Laboratorium Perikanan Unhalu yang secara rutin telah melakukan
kultur fitoplankthon yang dikerjakan sebagai pakan alami budidaya perairan.
Dalam penelitian ini hanya menggunakan dua jenis fitoplankton yakni fitoplankton
berwarna hijau diwakili oleh jenis Chlorella sp. dan fitoplankton
berwarna coklat diwakili oleh jenis Chaetoceros calcitrans. Pemanenan
biomassa fitoplankton dilakukan hari ke-7 setelah inokulum (penanaman).
Tahap II: Pembuatan Kue gethuk tanpa dan dengan
penambahan pewarna alami
Pembuatan gethuk

Telur
+ Gula pasir
- dikocok hingga mengembang
- ditambah ¼ sdt soda kue - aduk rata
- diberi keiri
- ditambah tepung ketela
Adonan
Tahap III: a). Uji stabilitas warna Kue gethuk terhadap waktu simpan
Tabel 3. Metodologi penelitian terhadap uji stabilitas warna
|
|
|
Stabilisasi warna Kue gethuk (X1)
|
|
|
|||||||
|
Waktu
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
Tanpa
|
Dengan biomassa
|
Dengan
biomassa
|
|
||||||||
|
Simpan
|
C.haetoceros
|
|
|||||||||
|
pewarna
|
Chlorella sp.
|
|
|
||||||||
|
(minggu ke)
|
|
|
calcitrans
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X20
|
X2A1
|
X2A2
|
|
X2A3
|
X2B1
|
|
X2B2
|
|
X2B3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penentuan stabilitas
warna dari Kue gethuk yang diproduksi diamati stabilitas warnanya secara
spektrofotometri UV-Vis dari setiap perlakuan. Dari sejumlah perlakuan di atas,
akan diambil 3 perlakuan yang mewakili Kue gethuk tanpa pewarna, dengan
penambahan biomassa Chlorella sp. dan penambahan biomassa
C.haetoceros calcitrans, untuk dilakukan uji tingkat kesukaan masyarakat terhadap
Kue gethuk yang diproduksi.
b) Uji tingkat kesukaan konsumen
Untuk mengetahui
penerimaan masyarakat terhadap Kue gethuk yang diproduksi, maka dilakukan
analisis tingkat kesukaan konsumen (Y) terhadap Kue gethuk yang diproduksi baik
tanpa penambahan pewarna alami maupun dengan penambahan pewarna alami.
Pengungkapan tingkat kesukaan konsumen terhadap Kue gethuk yang diproduksi
diukur berdasarkan sikapnya terhadap warna (Y1), bau/aroma (Y2), rasa (Y3) dan
tekstur (Y4).
Kue gethuk merupakan
makanan tradisional masyarakat Indonesia , sehingga diasumsikan mahasiswa
Universitas Diponegoro dapat mewakili masyarakat Indonesia yang telah terbiasa
makan Kue gethuk. Maka dalam penelitian ini, akan diambil sampel mahasiswa Universitas
Diponegoro sebanyak 25 orang sebagai panelis untuk diambil tingkat kesukaannya
terhadap Kue gethuk yang diproduksi berdasarkan parameter warna, bau/aroma,
rasa dan teksturnya. Setiap parameter yang diambil dari responden, dilakukan
scoring menggunakan skala 1 sampai 5 dengan kategori sebagai berikut:
|
Nilai Skala
|
Tingkat Kesukaan
|
|
|
|
|
1
|
Tidak Suka
|
|
|
|
|
2
|
Suka
|
|
|
|
|
3
|
Sedang
|
|
|
|
|
4
|
Suka
|
|
|
|
|
5
|
Sangat suka
|
|
|
|
Hasil
scoring setiap parameter kemudian dijumlah lalu ditabulasi ke dalam tabel skala
penilaian antara 3 sampai 25 sebagai berikut:
|
Nilai Skala
|
Tingkat Kesukaan
|
|
|
|
|
|
|
4
|
– 9
|
Tidak Suka
|
|
|
|
|
|
10
|
– 15
|
Sedang
|
|
|
|
|
|
16
|
– 20
|
Suka
|
|
|
|
|
I. JADWAL KEGIATAN PROGRAM
Pelaksanaan kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa
(PKM) sejak persiapan hingga pelaporan direncanakan berlangsung selama 5 bulan.
Jadwal pelaksanaan program kegiatan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Program.
|
No
|
Kegiatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Bulan ke-
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
5
|
|
|
|
||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1.
|
Persiapan Alat & Bahan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Pengadaan Fitoplankton
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Pembuatan Kue gethuk
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Uji Stabilitas Warna
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Uji Tingkat Kesukaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Analisis Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
Seminar Hasil
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8.
|
Perbaikan dan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penggandaan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
J. RANCANGAN BIAYA
Rincian Anggaran Biaya
kegiatan Program Kreativitas
Mahasiswa
Penelitian (PKMP) Disajikan pada
Tabel 5:
1. Anggaran untuk Bahan Habis
Pakai
1.1 Bahan
|
|
Jenis
|
|
|
|
|
|
Satuan
|
Harga
|
|
|
||
|
No
|
Penggunaan
|
|
Jumlah
|
|
|
|
Satuan
|
Harga (Rp)
|
|
|||
|
Bahan
|
|
|
|
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
(Rp)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Biomassa
|
Pewarna
|
|
4
|
|
|
1 x 1
|
|
200,000
|
800,000
|
|
|
|
|
fitoplankton
|
|
|
|
|
|
liter
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Tepung
|
Bahan Baku
|
|
150
|
|
|
1 x 1
|
|
5,000
|
750,000
|
|
|
|
|
ketela kering
|
|
|
|
|
|
kg
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Bumbu
|
Bahan
|
|
1
|
|
|
Paket
|
|
250,000
|
250,000
|
|
|
|
|
|
penolong
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sub Total
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1,800,000
|
|
|
|
1.2. Alat Tulis Kantor (ATK)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
No
|
Nama
|
Spesifikasi
|
|
|
Volume
|
|
Harga
satuan
|
Harga (Rp)
|
|
|||
|
|
|
|
|
(Rp)
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
1.
|
Kertas HVS
|
70 gram
|
|
|
5 x 1 rim
|
|
30,000
|
150,000
|
|
|||
|
2.
|
Tinta
|
Canon BJC 1000
|
|
1 x 1
|
|
250,000
|
250,000
|
|
||||
|
|
printer
|
|
|
|
|
kartridge
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
4.
|
Lain-lain
(pulpen, pinsil, spidol dll.)
|
|
|
|
|
|
100,000
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Sub Total
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
500,000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
Peralatan Penunjang PKM
2.1
Anggaran Untuk Komponen Peralatan
|
No
|
Nama
|
|
Kegunaan
|
Jumlah
|
Satuan
|
|
Harga
|
|
Harga
|
|
|||||
|
material
|
|
|
|
Barang
|
|
|
|
|
Satuan (Rp)
|
(Rp)
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Kompor Hok
|
|
Memasak
|
2
|
|
Unit
|
|
|
200,000
|
|
|
400,000
|
|
||
|
2
|
Oven Roti
|
|
Memasak
|
2
|
|
Unit
|
|
|
250,000
|
|
|
500,000
|
|
||
|
3
|
Baskon
|
|
Tempat
|
4
|
|
Buah
|
|
50,000
|
|
|
200,000
|
|
|||
|
|
|
|
adonan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sub Total
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1,100,000
|
|
||
|
2.2 Sewa Peralatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
No.
|
Jenis
|
|
Jumlah
|
Satuan
|
|
|
Harga
|
|
Harga (Rp)
|
|
|||||
|
|
|
Satuan (Rp.)
|
|
|
|||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
1
|
Uji stabilitas warna
|
28
|
|
Sampel
|
|
50,000
|
|
1,400,000
|
|
||||||
|
2
|
Pengering beku
|
|
4
|
|
Sampel
|
|
100,000
|
|
400,000
|
|
|||||
|
Sub Total
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1,800,000
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3. Anggaran
Perjalanan
|
No.
|
Uraian
|
Keperluan
|
Biaya (Rp)
|
|
1
|
Transpor lokal
|
Pengadaan bahan
|
200,000
|
|
|
|
|
|
|
Sub Total
|
|
200,000
|
|
Pengeluaran lain
|
|
Jenis
|
|
Jumlah
|
Satuan
|
|
Harga
|
|
Biaya (Rp)
|
|
|
|
No.
|
|
|
|
|
|
Satuan (Rp)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Administrasi
|
|
1
|
Paket
|
250,000
|
250,000
|
|
|
||
|
2
|
Dokumentasi
|
|
1
|
Paket
|
250,000
|
250,000
|
|
|
||
|
3
|
Penyusunan/peng
|
|
1
|
Paket
|
500,000
|
500,000
|
|
|
||
|
|
gandaan laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Publikasi
|
|
1
|
Paket
|
500,000
|
500,000
|
|
|
||
|
Sub Total
|
|
|
|
|
1,500,000
|
|
|
|||
|
|
REKAPITULASI DANA
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
No.
|
Jenis Pengeluaran
|
|
|
|
Jumlah (Rp)
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Anggaran untuk Bahan Habis Pakai
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
1.1 Bahan
|
|
|
|
1,800,000
|
|
|
|
|
|
|
|
1.2. Alat Tulis Kantor (ATK)
|
|
500,000
|
|
|
|
|
|||
|
2
|
Peralatan penunjang PKM
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
|
2.1 Anggaran Untuk Komponen
|
|
|
|
|
|
|
|||
|
|
Peralatan
|
|
|
|
1,100,000
|
|
|
|
|
|
|
|
2.2 Sewa Peralatan
|
|
|
|
1,800,000
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Anggaran Perjalanan
|
|
|
200,000
|
|
|
|
|
||
|
4
|
Pengeluaran lain
|
|
|
|
1,500,000
|
|
|
|
|
|
|
TOTAL
|
|
|
|
6,950,000
|
|
|
|
|
||
K. LAMPIRAN
1. NAMA DAN BIODATA PELAKSANA PROGRAM
1. Ketua
Pelaksana Kegiatan :
|
a.
|
Nama
|
:
|
Muhammad Faishal
|
|
b.
|
NIM
|
: 26020111130047
|
|
|
c.
|
Fakultas/Program Studi
|
: Perikanan
dan Ilmu kelautan
|
|
|
d.
|
Perguruan Tinggi
|
:
|
Universitas Diponegoro
|
|
e.
|
Alamat
|
: RT 6 RW 1
Dusun Ngemplak Desa Sirnoboyo
|
|
|
|
|
|
Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan
|
|
|
|
|
HP: +6287758324188
|
|
f.
|
Waktu
Kegiatan
|
:
|
12
jam x 1 minggu
|
|
2. Anggota Pelaksana :
|
|
|
|
|
a.
|
Nama
|
:
|
Ardita
Elok M. P
|
|
b.
|
Nim
|
: 26020111130037
|
|
|
c.
|
Fakultas/Program
Studi
|
: Perikanan dan Ilmu kelautan
|
|
|
d.
|
Perguruan
Tinggi
|
:
|
Universitas
Diponegoro
|
|
e.
|
Alamat
|
: Jl. Sorummba No. 41, Semarang
|
|
|
f.
|
Waktu
Kegiatan
|
:
|
8 jam
x 1 minggu
|
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Andi Makkasau,
M. Sjahrul, Ahyar Ahmad, dan Indah Raya, 2009. Kinetika Bioakumulasi Kadmium
oleh Fitoplankton Laut Tetraselmis chuii dan Chaetoceros calcitrans
dan Identifikasi Gugus Fungsional yang Potensial Berperan dalam
Proses Bioakumulasi, Makassar, Instek, Vol 3. No.1 : 1-12.
Arinardi, O.H., A.B. Sutomo, S.A. Yusuf,
Trianingnsih, E. Asnaryanti dan S. H. Riyono. 1997. Kisaran Kelimpahan dan
Komposisi Plankton Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia. P3O-LIPI.
Jakarta.
Fenchel, T., 1988, “Marine Plankton Food Chains”, A
nn. Rev. Ecol. Syst., 19, 19-38.
Lee TA, Sci BH, Counsel. 2005. The food from hell:
food colouring. The Internet Journal of Toxicology. Vol 2 no 2. China: Queers
Network Research.
Mohammad Johan, Chrismadha Tjandra, Setyaningsih
Iriani. 2008. Aplikasi Biopigmen Fikosianin dari Spirulina fusiformis
sebagai Pewarna Minuman. Bogor: IPB.
Mujizat Kawaroe, Pusat Penelitian Surfaktan dan
Bioenergi dalam Trubus, Majalah Pertanian Indonesia, Senin, Maret 03,
2008.
Pristiyanto Djuni. 2003. ’ Pewarna Kue Yang Alami’ ,
Http://Www.Suara Merdeka. Com
/Harian/021/14/Ragam,Htm.
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB,
1998. Strategi Dasar Pembangunan Kelautan di Indonesia. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-dan P3O-LIPI. Bogor.
Richtel, M. (May 1, 2007), "Recruiting
Plankton to Fight Global Warming", New York Times
Syah et al. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan
Pangan. Bogor: Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Langganan:
Komentar (Atom)



