Selasa, 08 Juli 2014

SEAWEED UNDIP proudly presents PADINA 2014

PELATIHAN BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN PRODUK RUMPUT LAUT
KARIMUNJAWA 5-9 SEPT 2014


for more indormatian please visit website oficial here

Rabu, 02 Juli 2014

PKM-P (POTENSI FITOPLANKTON (Chlorella sp. dan Chaetoceros calcitrans) SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA KUE GETHUK)

PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM

POTENSI FITOPLANKTON (Chlorella sp. dan Chaetoceros calcitrans)

SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA KUE GETHUK
                                                                                
BIDANG KEGIATAN
PKM-P
Diusulkan Oleh :
Muhammad Faishal                          26020111130047
Ardita Elok M. P       `                       26020111130037


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014


HALAMAN PENGESAHAN

1.  Judul Kegiatan                     :    Olahan Gonad Bulu Babi (Kukure) Jenis Diadema Sitosum Sebagai Sumber Pemenuhan Kebutuhan Protein Masyarakat Pesisir Desa Ulu Krui Kecamatan Way Krui Kabupaten Pesisir Barat Lampung
2.  Bidang Kegiatan                 :   Penelitian
3.  Bidang Ilmu                         :   Kelautan
4.  Ketua Pelaksana Kegiatan
     a. Nama Lengkap                 :   Muhammad Faishal
     b. NIM                                   :   26020111130047
     c. Jurusan                             :   Kelautan
     d. Universitas                       :   Diponegoro
 e. Alamat Rumah/No. HP    :   
 f. Alamat e-mail                   :   
5.  Anggota Pelaksana              :   2 orang
6.  Dosen Pendamping 
     a. Nama dan Gelar               :   
     b. NIP                                  :   
     c. Alamat Rumah/No. HP    :   
 7.  Biaya Kegiatan Total          
DIKTI                                  :   Rp.6.000.000,-
     Sumber Lain                         :   -
8.  Jangka Waktu Pelaksanaan :   3 (Tiga) Bulan

A. JUDUL PROGRAM


Potensi Fitoplankton (Chlorella sp. dan Chaetoceros calcitrans) sebagai Pewarna Alami pada Kue gethuk

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Dewasa ini banyak produk pangan yang menggunakan zat warna untuk meningkatkan daya tarik produk bagi konsumen. Zat warna (pigmen) yang digunakan dalam produk pangan ada yang bersifat alami dan buatan (sintetis). Zat warna yang umum digunakan dalam produksi produk pangan adalah pigmen sintetis seperti allura red dan rodhamin B karena harganya murah, mudah didapat serta memiliki stabilitas yang tinggi. Akan tetapi ditinjau dari segi keamanan pangan, penggunaan pigmen sintetis dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan karena mengandung residu logam berat dan bersifat karsinogenik. Untuk itu perlu adanya zat warna alternatif yang aman dan dapat diaplikasikan pada produk pangan.

Penggunaan bahan alami untuk produk massal akan meningkatkan biaya produksi menjadi lebih mahal dan lebih sulit karena sifat pewarna alami tidak homogen sehingga sulit menghasilkan warna yang stabil. Kemajuan teknologi pangan memungkinkan zat pewarna dibuat secara sintetis. Dalam jumlah yang sedikit, suatu zat kimia bisa memberi warna yang stabil pada produk pangan. Dengan demikian produsen bisa menggunakan lebih banyak pilihan warna untuk menarik perhatian konsumen (Syah et al. 2005).




Tabel 1. Perbedaan antara zat pewarna sintetis dan alami

Pembeda
Zat pewarna Sintetis
Zat pewarna alami



Warna yang
Lebih cerah
Lebih pudar
dihasilkan
Lebih homogeny
Tidak homogeny



Variasi warna
Banyak
Sedikit



Harga
Lebih murah
Lebih mahal



Ketersediaan
Tidak terbatas
Terbatas



Kestabilan
Stabil
Kurang stabil




Sumber: Lee (2005) Sejak  ditemukannya  pewarna  sintetik,  penggunaan  pigmen  semakin menurun, meskipun tidak hilang sama sekali. Penggunaan pewarna sintesis dapat berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan kanker kulit, kanker mulut, kerusakan otak dan lain-lain. serta menimbulkan dampak bagi lingkungan seperti pencemaran  air  dan  tanah  yang  juga  berdampak  secara  tidak  langsung  bagi kesehatan  manusia  karena  di  dalamnya  terkandung  unsur  logam  berat  seperti Timbal (Pb), Tembaga (Cu), Seng (Zn) yang berbahaya (Pristiyanto Djuni, 2002).

Indonesia, 2/3 wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km. Tumbuhan mikroskopis bersel tunggal dan berkoloni itu (fitoplankton), terdiri atas 30.000 spesies. Habitatnya di atas permukaan air, di kolam perairan, atau menempel di dasar dan permukaan lain dalam perairan. Salah satu sumber pewarna alami dari laut yang potensial adalah fitoplankton dengan kadar kardohidrat 16 %. Indonesia memiliki sekitar 5.000 jenis alga. Beberapa di antaranya mungkin dapat menghasilkan banyak manfaat yang lain. Ini membawa angin segar buat masyarakat nelayan yang setiap hari bersinggungan dengan tempat hidup tumbuhan primadona ini. (Mujizat Kawaroe,
2008)

Organisme perairan berukuran renik yang melayang mengikuti pergerakan air dapat dikelompokkan sebagai plankton. Konsentrasi plankton pada permukaan air laut bervariasi dari 500 sel/mL sampai 104 sel/mL. Plankton memegang




peranan penting dan kadang-kadang mendominasi siklus materi di lautan (Fenchel, 1988).

Fitoplankton adalah komponen autotrof; yaitu organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen. Nama fitoplankton diambil dari istilah Yunani, phyton atau "tanaman" dan ("planktos"), berarti "pengembara" atau "penghanyut" (Thurman, H. V., 1997). Sebagian besar fitoplankton berukuran terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang, akan tetapi, ketika berada dalam jumlah yang besar, mereka dapat tampak sebagai warna hijau di air karena mereka mengandung klorofil dalam sel-selnya (walaupun warna sebenarnya dapat bervariasi untuk setiap spesies fitoplankton karena kandungan klorofil yang berbeda-beda atau memiliki tambahan pigmen seperti phycobiliprotein). Fitoplankton biasanya berkumpul di zona eufotik yaitu zona dengan intesitas cahaya masih memungkinkan terjadinya proses fotosintesis (Arinardi dkk., 1997).

Biomassa fitoplankton merupakan sumber gizi alami yang kaya berbagai zat gizi seperti protein dapat mencapai 72%, lipid 8%, karbohidrat 16%, vitamin B1, B2, B6, B12, C, niasin, β karotin dan kandungan asam amino yang cukup seimbang. Fitoplankton juga mengandung salah satu asam lemak esensial yaitu asam γ-linoleat (GLA), yang merupakan asam lemak majemuk. (Parson et al. 1984)

Biomassa fitoplankton telah digunakan sebagai obat alternatif di dunia timur sejak zaman dahulu dan diketahui sebagai makanan tradisional yang dianggap sebagai sumber gizi yang potensial. Biomassa fitoplankton banyak diproduksi dan dipasarkan sebagai suplemen makanan di Jepang, Cina, Amerika, dan Eropa. Uji toksikologi mengungkapkan bahwa tidak adanya efek toksik pakan yang ditambahkan biomassa fitoplankton (Luísa Gouveia et al, 2007).

Penggunaan biomassa fitoplankton pada bahan makanan selain meningkatkan nilai gizi juga dapat memberikan efek warna alami yang menarik karena biomassa yang digunakan sebagai sumber warna terdapat berbagai jenis




dengan warna-warna yang berbeda misalnya jenis Chlorella merupakan sumber warna hijau, jenis Spirolina memberikan warna biru, jenis Chaetoceros memberikan warna coklat (Arifin dkk., 2009). Tubuh fitoplankton terdapat zat warna (pigmen), yaitu fikosianin berwarna biru, klorofil berwarna hijau, fikosantin berwarna coklat, fikoeritrin berwarna merah, karoten berwarna keemasan, dan xantofil berwarna kuning.

Kue gethuk adalah jenis kue tradisional yang terbuat dari Ketela (Metroxylon) dan dikenal secara luas oleh masyarakat di Indonesia Timur. Kue gethuk merupakan produk unggulan diversifikasi ketela dalam upaya meningkatkan pemanfaatan ketela yang dari waktu ke waktu semakin menurun. Ketela yang selama ini dikonsumsi sebagai sumber karbohidrat oleh masyarakat penghasil ketela, mulai ditinggalkan karena kebanyakan mereka telah beralih ke beras. Padahal ketela sebagai sumber makanan cadangan nasional mampu untuk memenuhi kebutuhan selama 30-40 tahun ke depan.

Ditinjau dari aspek gizi dan penampakannnya, Kue gethuk yang selama ini diproduksi lebih dominan merupakan makanan penghasil karbohidrat dengan penampakan yang cenderung putih pudar agak kecoklatan karena tanpa pewarna. Dalam upaya meningkatkan nilai gizi dan daya tarik penampakan Kue gethuk, diperlukan penambahan bahan baku yang kaya sumber gizi dan mempunyai warna alami yang menarik.

C. PERUMUSAN MASALAH

Selama ini penggunaan pewarna makanan alami mulai ditinggalkan karena sifat warnanya yang kurang stabil, jumlah produksi terbatas, serta harga yang cukup mahal membuat masyarakat beralih pada pewarna sintetik. Kendati demikian penggunaan pewarna sintetik secara terus-menerus dapat menyebabkan berbagai penyakit salah satunya yakni kanker. Oleh karena itu diperlukan adanya pewarna alami yang dapat diproduksi dalam jumlah yang banyak serta harga yang ekonomis. Fitoplankton memiliki potensi pengembangan yang lebih besar dibandingkan dengan tumbuhan tingkat tinggi lainnya dengan waktu yang cepat dan praktis, selain itu fitoplankton juga dapat digunakan sebagai sumber warna.




D. TUJUAN KEGIATAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1.      Untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat konsumen terhadap produk Kue gethuk yang telah ditambahkan biomassa fitoplankton sebagai sumber pewarna alami

2.      Untuk mengetahui stabilitas warna Kue gethuk yang dihasilkan terhadap perlakuan waktu simpan

3.      Untuk mengetahui jumlah biomassa fitoplankton yang ditambahkan agar Kue gethuk yang dihasilkan disukai masyarakat dan mempunyai waktu simpan yang lama

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Luaran yang diharapkan dari  kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa

Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro ini adalah

sebagai berikut :

1.      Artikel dari hasil penelitian ini dapat dimuat dalam Jurnal Ilmiah

2.      Dapat diperoleh pewarna alami paten dari jenis fithoplankton Chlorella sp. dan Chaetoceros calcitrans

3.      Meminimalisasi penggunaan pewarna makanan sintetik yang dapat merusak kesehatan.

F.  KEGUNAAN PROGRAM

Kegunaan program ini adalah :

1.        Dapat meningkatkan nilai tambah ketela

2.        Terpenuhinya kebutuhan pasar terhadap permintaan pewarna alami dengan harga yang ekonomis dan produksi yang kontinyu.

3.        Konsumen dapat mengkonsumsi makanan dengan pewarna yang aman

G. TINJAUAN PUSTAKA

1. Zat Pewarna pada Makanan

Zat pewarna pada makanan secara umum digolongkan menjadi dua kategori yaitu zat pewarna alami dan zat pewarna sintetis.(Syah et al. 2005). Zat pewarna alami merupakan zat pewarna yang berasal dari tanaman atau buah-




buahan. Zat pewarna makanan untuk makanan terbagi dalam dua kelompok, yaitu certified color dan uncertified color. Uncertified color merupakan zat pewarna alami berupa ekstrak pigmen dari tumbuh-tumbuhan atau hewan dan zat pewarna mineral. Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna yang lebih pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna sintetis. Oleh karena itu zat ini tidak dapat digunakan sesering zat pewarna sintetis (Lee, 2005 dalam Wina Listiana, 2010).

2.        Pigmen pada Fitoplankton

Fitoplankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup di perairan, baik di sungai, danau, waduk, maupun di perairan payau dan laut. Dan melayang-layang di permukaan perairan serta di badan air dan geraknnya mengikuti pergerakan arah arus. Perairan yang tingkat kesuburannya rendah mempunyai kelimpahan plankton kurang dari 104 sel/L, perairan yang tingkat kesuburannya sedang mempunyai kelimpahan plankton lebih dari 104 sel/L serta perairan yang mempunyai kesuburan yang sangat tinggi mempunyai kelimpahan plankton 107 sel/L, sedangkan perairan yang mempunyai kelimpahan plankton lebih dari 107 ind/l dikatakan Blooming (Odum, 1998).

Dilihat dari komposisi nutrisinya, mikroalga mengandung banyak protein dan sedikit asam nukleat (Tabel 2).

Tabel 2. Komposisi Nutrisi Mikroalga

Komposisi Kimia
Jumlah (%)




Protein
30
35




Karbohidrat
10
30



Lemak
10
– 25



Mineral
10
– 40



Asam nukleat
4 – 6





Sumber : Pranayogi, D. (2003)

Disamping cahaya, fitoplankton juga sangat tergantung dengan ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhannya. Nutrisi-nutrisi ini terutama makronutrisi seperti nitrat, fosfat atau asam silikat, yang ketersediaannya diatur




oleh kesetimbangan antara mekanisme yang disebut pompa biologis dan upwelling pada air bernutrisi tinggi dan dalam. (Richtel, M., 2007).

Rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida). Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP (adenosin trifosfat) dan reduksi NADPH (nikotinamid adenin dinukleotid hidrogen fosfat). Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses fotosintesis reaksi terang dan reaksi gelap disajikan pada Gambar 1 berikut:

2 NADPH





2 H2O




CO2


Reaksi

Reaksi






Enzim

Terang

Gelap
Enzim







O2                                      3 ATP                           C6H12O6

Gambar 1. Produksi utama reaksi terang dan reaksi gelap pada fotosintesis (Hall dan Roa, 1999)

Fitoplankton menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut khlorofil; suatu pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan. Khlorofil terdapat dalam organel yang disebut khloroplas. Fitoplankton memiliki berbagai jenis pigmen dalam khloroplasnya, sehingga panjang gelombang cahaya yang diserap oleh fitoplankton lebih bervariasi.

Berdasarkan pigmen fotosintetik, fitoplankton dibagi dalam: Rhodophyta

(plankton merah), Chrysophyceae (plankton keemasan), Phaeophyceae (plankton coklat) dan Chlorophyta (plankton hijau). Terdapat tiga kelas pigmen utama pada fitoplankton: khlorofil, karotenoid dan fikobilins (Masojidek, 1999). Pada diatom hanya memiliki khlorofil-a dan khlorofil-c, serta beberapa karotenoid seperti fukosantin sehingga kelompok diatom berwarna kecoklatan. Fitoplankton jenis T. chuii mempunyai pigmen khlorofil dan karotenoid dari karoten dan santofil. Pigmen fikobilin terdapat pada fitoplankton kelas Cyanobacteria.




Semua khlorofil mempunyai dua pita serapan utama yakni pita serapan hijau biru atau biru berada pada panjang gelombang 450-475 nm dan pita serapan merah berada pada panjang gelombang 630 - 675 nm. Karotenoid adalah suatu khromosfor dengan penyerapan cahaya antara 400 dan 550 nm. Struktural dasar karotenoid adalah dua cincin hidrokarbon yang dihubungkan oleh suatu rantai 18-karbon dengan rantai ikatan rangkap dua. Karotenoid dapat sebagai hidrokarbon (karoten seperti: α-karoten dan β-karoten) atau sebagai hidrokarbon teroksigenasi (santofil seperti: lutein, violasantin, zeasantin, fukosantin dan peridinin). Karotenoid mempunyai beberapa peran di dalam piranti fotosintetik, diantarnya sebagai (i) pigmen pelengkap penyerap cahaya yang memindahkan elektron ke khlorofil-a dan (ii) diperlukan dalam perlindungan terhadap kelebihan penyinaran dan adanya spesies oksigen reaktif (reactive oxygen spesies, ROS).

3.        Makanan tradisional

Makanan tradisional adalah makanan dan minuman, termasuk makanan jajanan serta bahan campuran yang digunakan secara tradisional dan telah lama berkembang secara spesifik di daerah atau masyarakat Indonesia. Biasanya makanan tradisional diolah dari resep yang sudah dikenal masyarakat setempat dengan bahan-bahan yang diperoleh dari sumber lokal yang memiliki citarasa yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat. Disadari atau tidak banyak makanan tradisional yang berkhasiat bagi kesehatan. Dilihat dari sifatnya yaitu mempunyai karakteristik sensori, bergizi, dan mempunyai sifat fisiologis berkhasiat bagi kesehatan, maka seharusnya banyak makanan tradisional yang dapat dikategorikan sebagai makanan fungsional.

H.  METODE PELAKSANAAN

Penelitian ini akan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
POTENSI BIOMASSA FITOPLANKTON
SEBAGAI SUMBER PEWARNA ALAMI

Pengadaan Fitoplankton

Pembuatan Kue gethuk tanpa dan

Chlorella sp dan Chaetoceros



dengan Biomassa Fitoplankton

cal.







Pengeringan
Biomassa Fitoplankton
Variasi Perlakuan




Bekuh




gethuk tanpa






Gethuk +
























gethuk + Chaetoceros






pewarna




Chlorella sp.(5,



cal (5, 10, 15 mg)















10, 15 mg)






































































(X20

(X2A1)


(X2A2)


(X2A3)


(X2B1)

(X2B2)

(X2B3)





























































Uji Stabilitas Warna




















terhadap Waktu Simpan






















(1, 2, 3, 4 minggu)







































































































gethuk tanpa

gethuk +

gethuk +


Chlorella

Chaetoceros cal

pewarna




sp.(Warna Stabil)

(Warna Stabil)

















Uji Tingkat Kesukaan
Konsumen terhadap
Warna, Bau, Rasa,


gethuk yang Disukai

Gambar 2. Bagan Alir Seluruh Rangkaian Penelitian




1.  Waktu dan Tempat

Kegiatan ini dilaksanakan selama 5 (lima) bulan sejak pencairan dana. Kegiatan ini dilaksanakan di Laboratorium Pengembangan FPIK Universitas Diponegoro Semarang.

2.  Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian yakni Kompor Hok, Oven, dan baskom.

dan bahan yang digunakan dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian yakni biomassa fithoplankton, tepung ketela kering, bumbu tambahan lainnya.

3.  Prosedur Penelitian

Variabel dalam penelitian dibedakan dalam variabel terikat dan variabel bebas. Sebagai variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah tingkat kesukaan masyarakat konsumen terhadap Kue gethuk dengan pewarna alami; sedang sebagai variabel bebas (X) adalah:

1.  Stabilitas warna Kue gethuk terhadap perlakuan waktu simpan (X1).

2.  Jumlah biomassa fitoplankton yang ditambahkan pada Kue gethuk (X2). Hubungan antar variabel digambarkan sebagai berikut:

X1


X2

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model eksperimen dengan tahapan sebagai berikut:

Tahap I   : Pengadaan Fitoplankton

Tahap II  : Pembuatan Kue gethuk tanpa dan dengan penambahan pewarna alami,

Tahap III : a). Uji stabilitas warna Kue gethuk terhadap waktu simpan pada suhu kamar

b). Uji tingkat kesukaan konsumen




Tahap I: Pengadaan Fitoplankton

Pengadaan fitoplankton diperoleh dari Laboratorium Perikanan Unhalu yang secara rutin telah melakukan kultur fitoplankthon yang dikerjakan sebagai pakan alami budidaya perairan. Dalam penelitian ini hanya menggunakan dua jenis fitoplankton yakni fitoplankton berwarna hijau diwakili oleh jenis Chlorella sp. dan fitoplankton berwarna coklat diwakili oleh jenis Chaetoceros calcitrans. Pemanenan biomassa fitoplankton dilakukan hari ke-7 setelah inokulum (penanaman).

Tahap II: Pembuatan Kue gethuk tanpa dan dengan penambahan pewarna alami

Pembuatan gethuk
Telur + Gula pasir

-    dikocok hingga mengembang

- ditambah ¼ sdt soda kue - aduk rata
-    diberi keiri

-    ditambah tepung ketela

Adonan

Tahap III: a). Uji stabilitas warna Kue gethuk terhadap waktu simpan


Tabel 3. Metodologi penelitian terhadap uji stabilitas warna



Stabilisasi warna Kue gethuk (X1)


Waktu









Tanpa
Dengan biomassa
Dengan biomassa

Simpan
C.haetoceros

pewarna
Chlorella sp.


(minggu ke)


calcitrans























X20
X2A1
X2A2

X2A3
X2B1

X2B2

X2B3













1























2























3























4



























Penentuan stabilitas warna dari Kue gethuk yang diproduksi diamati stabilitas warnanya secara spektrofotometri UV-Vis dari setiap perlakuan. Dari sejumlah perlakuan di atas, akan diambil 3 perlakuan yang mewakili Kue gethuk tanpa pewarna, dengan penambahan biomassa Chlorella sp. dan penambahan biomassa

C.haetoceros calcitrans, untuk dilakukan uji tingkat kesukaan masyarakat terhadap Kue gethuk yang diproduksi.

b) Uji tingkat kesukaan konsumen

Untuk mengetahui penerimaan masyarakat terhadap Kue gethuk yang diproduksi, maka dilakukan analisis tingkat kesukaan konsumen (Y) terhadap Kue gethuk yang diproduksi baik tanpa penambahan pewarna alami maupun dengan penambahan pewarna alami. Pengungkapan tingkat kesukaan konsumen terhadap Kue gethuk yang diproduksi diukur berdasarkan sikapnya terhadap warna (Y1), bau/aroma (Y2), rasa (Y3) dan tekstur (Y4).

Kue gethuk merupakan makanan tradisional masyarakat Indonesia , sehingga diasumsikan mahasiswa Universitas Diponegoro dapat mewakili masyarakat Indonesia yang telah terbiasa makan Kue gethuk. Maka dalam penelitian ini, akan diambil sampel mahasiswa Universitas Diponegoro sebanyak 25 orang sebagai panelis untuk diambil tingkat kesukaannya terhadap Kue gethuk yang diproduksi berdasarkan parameter warna, bau/aroma, rasa dan teksturnya. Setiap parameter yang diambil dari responden, dilakukan scoring menggunakan skala 1 sampai 5 dengan kategori sebagai berikut:

Nilai Skala
Tingkat Kesukaan


1
Tidak Suka


2
Suka


3
Sedang


4
Suka


5
Sangat suka






Hasil scoring setiap parameter kemudian dijumlah lalu ditabulasi ke dalam tabel skala penilaian antara 3 sampai 25 sebagai berikut:

Nilai Skala
Tingkat Kesukaan



4
– 9
Tidak Suka



10
– 15
Sedang



16
– 20
Suka




I. JADWAL KEGIATAN PROGRAM

Pelaksanaan kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) sejak persiapan hingga pelaporan direncanakan berlangsung selama 5 bulan. Jadwal pelaksanaan program kegiatan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Program.

No
Kegiatan








Bulan ke-
































1

2

3

4

5




































1.
Persiapan Alat & Bahan














































2.
Pengadaan Fitoplankton














































3.
Pembuatan Kue gethuk














































4.
Uji Stabilitas Warna














































5.
Uji Tingkat Kesukaan














































6.
Analisis Data














































7.
Seminar Hasil














































8.
Perbaikan dan























Penggandaan Laporan















































J. RANCANGAN BIAYA

Rincian   Anggaran  Biaya  kegiatan  Program  Kreativitas  Mahasiswa

Penelitian  (PKMP) Disajikan pada Tabel 5:

1.  Anggaran untuk Bahan Habis Pakai




1.1 Bahan


Jenis





Satuan
Harga


No
Penggunaan

Jumlah



Satuan
Harga (Rp)

Bahan














(Rp)














1
Biomassa
Pewarna

4


1 x 1

200,000
800,000


fitoplankton





liter

















2
Tepung
Bahan Baku

150


1 x 1

5,000
750,000


ketela kering





kg

















3
Bumbu
Bahan

1


Paket

250,000
250,000



penolong























Sub Total









1,800,000

1.2. Alat Tulis Kantor (ATK)









No
Nama
Spesifikasi


Volume

Harga satuan
Harga (Rp)





(Rp)























1.
Kertas HVS
70 gram


5 x 1 rim

30,000
150,000

2.
Tinta
Canon BJC 1000

1 x 1

250,000
250,000


printer




kartridge
















4.
Lain-lain  (pulpen, pinsil, spidol dll.)





100,000














5.
Sub Total









500,000















2.        Peralatan Penunjang PKM
2.1 Anggaran Untuk Komponen Peralatan
No
Nama

Kegunaan
Jumlah
Satuan

Harga

Harga

material



Barang




Satuan (Rp)
(Rp)


























1
Kompor Hok

Memasak
2

Unit


200,000


400,000

2
Oven Roti

Memasak
2

Unit


250,000


500,000

3
Baskon

Tempat
4

Buah

50,000


200,000




adonan



























Sub Total











1,100,000

2.2 Sewa Peralatan













No.
Jenis

Jumlah
Satuan


Harga

Harga (Rp)



Satuan (Rp.)

























1
Uji stabilitas warna
28

Sampel

50,000

1,400,000

2
Pengering beku

4

Sampel

100,000

400,000

Sub Total










1,800,000


















3.   Anggaran Perjalanan

No.
Uraian
Keperluan
Biaya (Rp)
1
Transpor lokal
Pengadaan bahan
200,000




Sub Total

200,000





Pengeluaran lain


Jenis

Jumlah
Satuan

Harga

Biaya (Rp)

No.





Satuan (Rp)














1
Administrasi

1
Paket
250,000
250,000


2
Dokumentasi

1
Paket
250,000
250,000


3
Penyusunan/peng

1
Paket
500,000
500,000



gandaan laporan




















4
Publikasi

1
Paket
500,000
500,000


Sub Total




1,500,000



REKAPITULASI DANA







No.
Jenis Pengeluaran



Jumlah (Rp)




1
Anggaran untuk Bahan Habis Pakai







1.1 Bahan



1,800,000





1.2. Alat Tulis Kantor (ATK)

500,000




2
Peralatan penunjang PKM








2.1 Anggaran Untuk Komponen







Peralatan



1,100,000





2.2 Sewa Peralatan



1,800,000




3
Anggaran Perjalanan


200,000




4
Pengeluaran lain



1,500,000




TOTAL



6,950,000

























K. LAMPIRAN

1. NAMA DAN BIODATA PELAKSANA PROGRAM

1.  Ketua Pelaksana Kegiatan :

a.
Nama
:
Muhammad Faishal
b.
NIM
:   26020111130047
c.
Fakultas/Program Studi
:   Perikanan dan Ilmu kelautan
d.
Perguruan Tinggi
:
Universitas Diponegoro
e.
Alamat
:   RT 6 RW 1 Dusun Ngemplak Desa Sirnoboyo



Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan



HP:  +6287758324188
f.
Waktu Kegiatan
:
12 jam x 1 minggu
2.  Anggota Pelaksana :


a.
Nama
:
Ardita Elok M. P
b.
Nim
 26020111130037
c.
Fakultas/Program Studi
:    Perikanan dan Ilmu kelautan
d.
Perguruan Tinggi
:
Universitas Diponegoro
e.
Alamat
:   Jl. Sorummba No. 41, Semarang
f.
Waktu Kegiatan
:
8 jam x 1 minggu







DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Andi Makkasau, M. Sjahrul, Ahyar Ahmad, dan Indah Raya, 2009. Kinetika Bioakumulasi Kadmium oleh Fitoplankton Laut Tetraselmis chuii dan Chaetoceros calcitrans dan Identifikasi Gugus Fungsional yang Potensial Berperan dalam

Proses Bioakumulasi, Makassar, Instek, Vol 3. No.1 : 1-12.

Arinardi, O.H., A.B. Sutomo, S.A. Yusuf, Trianingnsih, E. Asnaryanti dan S. H. Riyono. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia. P3O-LIPI. Jakarta.

Fenchel, T., 1988, “Marine Plankton Food Chains”, A nn. Rev. Ecol. Syst., 19, 19-38.

Lee TA, Sci BH, Counsel. 2005. The food from hell: food colouring. The Internet Journal of Toxicology. Vol 2 no 2. China: Queers Network Research.

Mohammad Johan, Chrismadha Tjandra, Setyaningsih Iriani. 2008. Aplikasi Biopigmen Fikosianin dari Spirulina fusiformis sebagai Pewarna Minuman. Bogor: IPB.

Mujizat Kawaroe, Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi dalam Trubus, Majalah Pertanian Indonesia, Senin, Maret 03, 2008.

Pristiyanto Djuni. 2003. ’ Pewarna Kue Yang Alami’ , Http://Www.Suara Merdeka. Com

/Harian/021/14/Ragam,Htm.

Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB, 1998. Strategi Dasar Pembangunan Kelautan di Indonesia. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-dan P3O-LIPI. Bogor.

Richtel, M. (May 1, 2007), "Recruiting Plankton to Fight Global Warming", New York Times

Syah et al. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor: Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.